Sabtu, 28 Maret 2015

pendekatan Psikologi sastra pada Novel jalan Tak ada Ujung, analisis karya sastra

Rabu, 02 Mei 2012
Pendekatan Psikologi dalam Menganalisis Karya Sastra
PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM MENGANALISIS
KARYA SASTA

A.    Pengertian Pendekatan Psikologis
Suatu karya sastra tidak akan dikenal jika tidak ada yang membacanya. Dari sini, seorang pembaca tidak akan diam saja setelah membaca suatu karya. Melainkan, mereka akan memberikan kritik terhadap karya tersebut. Maka suatu karya sastra yang akan dikritik, terlebih dahulu harus dianalisis berdasarkan pendekatan atau teori kritik sastra. Ada berbagai macam pendekatan dalam karya sastra, dan di sini akan dibahas lebih mendalam tentang pendekatan psikologis karya sastra.
Pendekatan adalah salah satu prinsip dasar yang digunakan sebagai alat untuk mengapresiasi karya sastra. Salah satunya ditentukan oleh tujuan dan apa yang hendak ditentukan lewat teks sastra. Pembaca dapat menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan psikologis.
Psikologi adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang objek pembahasannya adalah keadaan jiwa manusia. Ilmu ini berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan.
Karya sastra merupakan hasil ungkapan jiwa seorang pengarang yang di dalamnya melukiskan suasana kejiwaan pengarang, baik suasana sakit maupun emosi (Asrori, 2011). Di dalam karya sastra terdapat hasil kreatifitas dari pengarang tersebut. Mungkin dari pengalaman pribadi pengarang atau bukan pengalaman pribadi yang tentunya pernah disaksikan oleh pengarang.
Pendekatan psikologi sastra adalah suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam menghayati dan menyikapi kehidupan (Harjana dalam kutipan Sartika, 2011). Jadi, pendekatan psikologi ini adalah analisis atau kritik terhadap suatu karya sastra yang menitik beratkan pada keadaan jiwa manusia, baik terhadap pengarang, karya sastra, maupun pembaca.

B.    Metode Psikoanalisis
Ada tiga sasaran dalam menganalisis karya sastra menggunakan pendekatan psikologi. Ketiga sasaran tersebut yaitu, analisis terhadap psikologi pengarang, psikologi karya sastra dan efek karya sastra pada pembaca.
Psikologi pengarang lebih menekankan bagaimana keadaan kejiwaan pengarang tersebut berbeda dengan orang yang bukan pengarang. Dalam hal ini, ada dua cara untuk mengkaji psikologis pengarang.
(1) Terlebih dahulu mempelajari karya sastra tertentu. Dari situ dapat ditarik kesimpulan tentang kepribadian pengarang yang menciptakan karya tersebut. Selanjutnya, kepribadian pengarang dapat dijadikan acuan untuk menganalisis karya sastra lain dari pengarang tersebut.
(2) Melacak riwayat hidup pengarang (perang batin, harapan, pertentangan jiwa, kekecewaan). Kemudian, kesimpulannya dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra pengarang tersebut. Karena, keadaan batin pengarang banyak yang dimasukkan dalam karya sastranya.
Suwignyo (2008:137) mengatakan bahwa dari hasil analisis psikologi pengarang, muncul banyak anggapan tentang diri pengarang. Anggapan itu misalnya sastrawan adalah orang jenius, kejeniusan dianggap disebabkan oleh semacam kegilaan.
Analisis psikologi terhadap karya sastra didasarkan pada anggapan bahwa di dalam karya sastra terdapat tokoh-tokoh atau pribadi-pribadi yang secara kejiwaan memiliki karakteristik yang khas yang dapat dipahami melalui teori psikologi (Suwignyo, 2008: 137). Karya sastra ini merupakan bahan analisis dari  segi instrinsik, karena menekankan pada penokohan, perwatakan, dan konflik yang sangat cocok didekati dengan psikoanalisis.
Karya sastra tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi pembacanya. Hal itulah yang menimbulkan efek bagi pembaca dan bagaimana respon pembaca terhadap karya tersebut. Suwignyo (2008: 36) mengatakan bahwa kritikus berusaha menemukan bagaimana caranya pengalaman pribadi pembawa dibawa memasuki karya sastra. juga responsi serta bagaimana pengidentifikasian diri pembaca terhadap karya sastra yang dibaca.

C.    Analisis Karya Sastra Menggunakan Pendekatan Psikologi
1.    SINOPSIS
Judul: Jalan Tak Ada Ujung
Karya: Mochtar Lubis
Novel ini menceritakan tentang masalah ketakutan batin seorang guru di massa revolusi kemerdekaan. Pemeran utamanya adalah seorang guru yang bernama Isa. Isa adalah seorang guru yang memiliki sifat lemah lembut, baik, dan memiliki jiwa seni. Namun, Guru Isa dihadapkan pada konflik-konflik revolusi yang membuatnya ketakutan.
Suatu hari, di jalan Gang Jaksa, para serdadu Nica datang. Semua orang yang berada di tempat itu bersembunyi. Namun, ada saja yang terkena tembakan. Saat itu, Isa sedang berjalan menuju sekolah, suara tembakan memecah kesunyiannya dan terlintas di benak isa tentang keselamatan isteri dan anaknya. Ketika tiba di sekolah, tidak ada anak-anak yang datang. Guru Isa hanya duduk sambil berpikir tentang kekacauan yang telah terjadi dan Dia merasa ketakutan.
Pada massa itu, semua orang dihadapkan pada perekonomian yang sangat susah. Begitu pula perekonomian Isa, sampai Isa dengan terpaksa berani mengambil buku-buku yang ada di skolahan dan dijual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Selain masalah ekonomi, Isa juga mengalami tekanan batin, yaitu tidak bisa membahagiakan istrinya secara batin. Hal itulah yang menyebabkan istri Isa berselingkuh dengan Hasil. Hasil adalah pemuda yang mempunyai keberanian sekaligus sahabat guru Isa. Mereka bertemu saat Isa menghadiri perkumpulan pemuda, sebuah organisasi untuk melawan serdadu-serdadu. Hasil juga pandai bermain alat musik. Sejak saat itulah, Hasil sering bermain ke rumah Isa.
Sambil bermain musik, mereka membicarakan tentang kemerdekaan, perang, revolusi, dan rencana perlawanan yang membuat Guru Isa semakin takut. Biarpun merasa takut, tapi Isa harus menyembunyikannya, karena Isa telah menjadi anggota organisasi untuk melawan serdadu-serdadu Jepang.
Suatu hari, Isa menunggu kedatangan Hasil untuk memberi informasi penting tentang rencana perjuangan mereka. Isa pun bermimpi buruk. Dia merasa berjalan di sebuah jalan yang licin dan besar. Jalan itu menghilang tanpa putus ke tepi langit yang gelap dan jalan itu amat menakutkan. Semakin Isa berlari, semakin cepat pula ujungnya menghilang. Semakin lama, perasaan Guru Isa semakin kacau memikirkan pertempuran yang akan dia lakukan. Mimpi buruk pun selalu melanda Isa sehingga Isa takut untuk tidur. Teror selalu mengganggu dalam mimpinya. Hati Isa selalu takut untuk melakukan perjuangan. Apalagi setelah Isa mengatahui bahwa tetangga dan teman seprofesinya telah mengungsi ke tempat lain untuk berlindung. Pada awalnya, Dia juga ingin mengungsi menghindari pertempuran. Namun, Isa sadra bahwa semua tempat tidak aman dan dia juda tidak perlu mengungsi.
Guru Isa dan Hasil pun mendapat tugas untuk menyelundupkan senjata dan bom ke Kerawang. Pennyelundupan itu berjalan sesuai rencana. Sampai pada puncaknya, Isa, Hasil, dan Rahmat melakukan penyerangan di bioskop dengan melemparkan granat di depan gedung bioskop tersebut. Beberada serdadu Belanda terluka. Mereka pun pulang ke rumah masing-masing dan tidak saling memberi kabar. Sampai akhirnya Hasil tertangkap polisi militer. Dia mengakui semua perbuatannya dan menyebutkan siapa saja yang terlibat. Sehingga Isa pun ikut tertangkap. Di dalam penjara, mereka disikasa terus-menerus dan diintrogasi. Hasil yang dulunya sangat berani berubah menjadi sangat terpuruk dan takut. Sedangkan Isa mampu menguasai ketakutannya selama ini.

2.    Analisis
Novel yang berjudul Jalan Tak Ada Ujung ini sangat cocok jika dikaji menggunakan pendekatan psikologi sastra. Karena, dalam novel tersebut menganut teori psikoanalisis yang menceritakan konflik batin seseorang. Oleh karena itu, pendekatan psikologi sangat tepat digunakan untuk mengkaji seperti apa konflik batin yang dialami tokoh utama, yakni Guru Isa.
Guru Isa sebagai tokoh utama dalam novel memiliki sifat yang lembut, penakut, dan tidak mau terlibat dalam revolusi karena takut dicap sebagai mata-mata atau penghianat. Pikirannya penuh dengan mimpi-mimpi buruk dan ancaman yang terus menerus. Teror yang ada di sekitanya seakan-akan mengejar Guru Isa dalam segala aktifitasnya. Ketakutannya melawan kehidupan paska revolusi sampai terbawa dalam mimpi. Mimpi-mimpi yang sangat buruk, sehingga Isa seakan tidak berani memejamkan mata walau hanya sedetik. Keadaan batin Guru Isa saat itu sangatlah bergejolak.
Penderitaan batin Guru Isa semakin bertambah saat dihadapkan pada persoalan ekonomi. Sebagai seorang guru yang dianggap baik dan sebagai teladan, dia terpaksa berbuat nekat. Dia memberanikan diri untuk mencuri buku-buku di sekolahannya sendiri saat ruangat kosong, kemudian dijual hanya untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya. Saat itu, bertambahlah perang batin dalam diri Guru Isa.
Ketidak berdayaan seksualnya juga merupakan penderitaan batin. Hal ini yang mengakibatkan perkawinannya dengan Fatimah terganggu. Isa pun merasa sedih karena melihat sinar mata istrinya yang terlihat sudah tidak memiliki cinta buat Isa. Sampai Fatimah harus berselingkuh dengan Hasil. Mengetahui istrinya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Isa bukannya menegur ataupun marah kepada keduanya. Namun, lebih memendam apa yang dia ketahui dan menyimpannya dalam hati. Mungkin dia takut kalau istrinya pergi meninggalkannya, takut kehilangan cinta istrinya. Atau Isa menyadari bahwa apa yang Istrinya lakukan semata-mata karena Isa tidak mampu membahagiakannya secara batin.
Bertambah lagi penderitaan batin yang guru Isa sembunyikan, yaitu kepada Hasil. Isa yang terkenal pandai bermain alat musik, di dalam hatinya harus mengakui bahwa Hasil lebih pandai dari dirinya. Hasil mampu menciptakan lagu yang lebih bagus daripada Isa.
Namun di akhir cerita, ada perubahan kepribadian antara Isa dan Hasil. Isa yang awalnya sangat penakut, akhirnya lebih mampu menghadapi ketakutannya selama ini. Sedangkan Hasil yang pemberani berubah menjadi sosok yang sangat rapuh dan sangat besar ketakutan yang dia rasakan. Mungkin itu semua terjadi karena Isa sudah kebal terhadap rasa takut yang selama ini dia bawa dan dia rasakan.

D. Analisis Psikologi Pengarang
    Jika dilihat dari biografi pengarang novel yang berjudul Jalan Tak Ada Ujung ini, Mochtar Lubis mencoba memasukkan kisah kehidupannya yang nyata ke dalam novelnya. Bisa dikatakan bahwa novel ini mendapatkan sentuhan pengalaman pribadi pengarang. Yang dimaksud di sini bukanlah pengalaman seluruhnya, tapi hanya sebagian sebagian.
    Dalam kehidupan nyata, Mochtar Lubis aktif di bidang pers sebagai wartawan sejak zaman Jepang. Mochtar Lubis juga pernah meringkuk di penjara karena koran yang didirikan dan dipimpinnya, Indonesia Raya dibrendel oleh Orde Lama maupun Orde Baru. Pengalaman itulah yang kemudian dimasukkan dalam karya sastranya yang berjudul Jalan Tak Ada Ujung ini. Dalam novel, Isa juga aktif berorganisasi di jaman Jepang yang akhirnya membuat Isa ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
    Mochtar Lubis adalah sastrawan angkatan 45 yang sangat menyukai bunga anggrek, hutan, dan pegunungan. Sehingga, tidak heran bahwa karya sastranya yang lain, yang berjudul Harimau! Harimau! Banyak menggunakan setting tempat di hutan dan pegunungan.

E. Analisis Psikologi Pembaca
    Setelah membaca novel Jalan Tak Ada Ujung ini, pembaca akan mendapatkan efek dari psikologi tokoh-tokoh dalam novel. Melalui novel ini, Mochtar Lubis mengajarkan kepada kita untuk tidak mudah putus asa dalam menghadapi segala masalah yang terjadi. Kemudian, dalam keadaan apapun sebaiknya tidak mengambil sesuatu yang bukan milik kita. Selain itu, demi kebenaran, apapun harus diperjuangkan meski banyak halangan dan terkadang sangat menakutkan. Yang lebih penting, Mochtar Lubis mengajarkan pada pembaca bahwa rasa takut yang menyerang hati dan pikiran itu harus dilawan, jangan sampai hanyut di dalamnya dan bersarang terlalu lama hingga terbawa dalam mimpi.



TEORI ORGANISASI HUMAN RELATIONS

BAB 1
PENDAHULUAN
   A.LATAR BELAKANG
Untuk mempelajari teori organisasi human relations terlebih dahulu kita harus mengetahui makna atau definisi dari organisasi itu sendiri. Organisasi berasal dari istilah yunani “organon” dan istilah laitn “orgamim” yang berarti alat, bagian, anggota atau badan.
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil sebuah pengertian yang lebih kongkret dan mudah untuk dipahami, yaitu : “organisasi ialah suatu lembaga atau badan yang memiliki proses terstruktur untuk mencapai suatu tujuan bersama”.
Secara garis besar organisasi memiliki tiga unsur, yaitu :
1.   Adanya sekelompok orang (perserikatan).
2.   Antar hubungan terjadi dalam suatu kerjasama.
3.  Kerjasama didasarkan atas hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing-masing  orang untuk mencapai tujuan
Teori organisasi Human Relations dikembangkan atas dasar teori klasik. Dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Perkembangan teori Human relations dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Howthorne dan dari tulisan Huga Munsterberg.
Percobaan-percobaan ini dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932 yang menandai permulaan perkembangan teori hubungan manusiawi dan merupakan kristalisasi teori human relations Pada akhirnya percobaan Howthorne menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.. Dengan kata lain teori human relations mendefinisikan organisasi sebagai sekelompok orang yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan bersama.
  B.RUMUSAN MASALAH
1.Mengetahui teori-teori organisasi human relation
2.Mengetahui pengertian human relation dalam arti luas/sempit
3.Mengetahui ruang lingkup teori organisasi human relation
4.Bagaimanakah kunci aktivitas human relation…?




BAB 11
PEMBAHASAN
A.    TEORI ORGANISASI HUMAN RELATIONS
  Teori Organisasi Human Relations dari uraian dan penjabaran mengenai pengertian dan munculnya teori human relations, maka kita dapat mengetahui karakteristik tentang teori human relations itu sendiri, yaitu :
Teori Organisasi human relations mendekati organisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama.
Teori Organisasi human relations berkembang dengan pembenahan Teori Organisasi Klasik berdasar percobaan Hawthorne yang memandang organisasi sebagai suatu sistem terbuka di mana segmen teknis dan manusiawi saling berkaitan dengan erat dan sikap karyawan merupakan faktor yang penting bagi peningkatan produktivitas.
Pembenahan meliputi aspek pembagian kerja, proses skalar dan fungsional, struktur organisasi, serta rentang kendali.
Teori Organisasi human relations memahami adanya organisasi “informal” yang muncul karena faktor lokasi, jenis pekerjaan, minat dan masalah khusus (vested)
Teori organisasi human relation disebut juga teori hubungan kemanusiaan, teori hubungan antar
manusia, teori hubungan kerja kemanusiaan, atau the human relation theory. Hubungan antar manusia dan hubungan kemanusiaan kedua-duanya merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris human relation. Hubungan antar manusia dengan hubungan kemanusiaan sesungguhnya mempunyai pengertian yang tak sama. Hubungan antar manusia merupakan antar pesonayang bersifat lahiriah saja, kurang memperhatikan aspek kejiwaan. Sehingga tidak memberikan kepuasan psikologis. Suatu hubungan dikatakan hubungan kemanusiaan, apabila hubungan tersebut dapat memberikan kesadaran dan pengertian. Sehingga pihak lain (yang menerima informasi) merasa puas.
Pengertian hubungan kemanusiaan dapat dibedakan menjadi dua macam. Yaitu hubungan kemanusiaan dalam arti luas dan hubungan kemanusiaan dalam arti sempit. Dalam arti luas, hubungan kemanusiaan adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain yang terjadi dalam segala situasi dan dalam semua bidang kegiatan atau kehidupan untuk mendapatkan kepuasan hati. Dalam arti sempit, hubungan kemanusiaan adalah hubungan antara seseorang dengan orang (orang-orang) lain dalam suatu organisasi atau kantor, yang bertujuan memberikan kepuasan hati para pegawai. Sehingga para pegawai mempunyai semangat kerja yang tinggi, kerjasama yang tinggi serta disiplin yang tinggi.
Jadi, inti dari hubungan antar-manusia adalah hubungan yang bersifat lahiriah. Sedang hubungan kemanusiaan lebih bersifat psikologis.
Teori organisasi hubungan kemanusiaan berangkat dari suatu anggapan bahwa dalam kenyataan sehari-hari organisasi merupakan hasil dari hubungan kemanusiaan (human relation). Teori ini beranggapan bahwa organisasi dapat diurus dengan baik dan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan apabila didalam organisasi itu terdapat hubungan antar-pribadi yang serasi. Hubungan itu dapat berlangsung antara pimpinan dengan pimpinan yang setingkat, antara pimpinan dengan bawahan, antara bawahan dengan pimpinan, antara bawahan dengan bawahan. Tujuan dilaksanakannya human relation adalah untuk mendapatkan :
                        1. Kepuasan psikologis para karyawan,
                        2. Moral yang tinggi,
                        3. Disiplin yang tinggi,
                        4. Loyalitas yang tinggi,
                        5. Motivasi yang tinggi.
Apabila didalam organisasi ada kepuasan psikologis pada diri para anggota, ada moral, disiplin
dan motivasi yang tinggi, maka organisasi akan dapat diurus dengan mudah dan dapat berjalan lancer menuju sasaran yang ditetapkan.
Dari uraian tersebut diatas selanjutnya dapat diketahui bahwa teori organisasi human relations mengakui pentingnya hubungan antar pribadi yang harmonis,yakni hubungan yang didasarkan atas kerukunan, kekeluargaan, hormat-menghormati dan saling menghargai. Hanya dalam suasana yang demikian organisasi dapat diurus dengan baik dan dapat mencapai sasaran. Disamping itu, dalam teori organisasi human relation juga dikemukakan cara-cara yang harus ditempuh oleh pimpinan untuk meningkatkan kepuasan anggota organisasi. Untuk memberikan kepuasan kepada para anggota organisasi, pimpinan dapat menaruh perhatian terhadap berbagai macam kebutuhan mereka. Dengan memenuhi berbagai macam kebutuhan para anggota, baik kebutuhan ekonomi, non-ekonomi, kebutuhan sosial maupun kultural, maka kepuasan anggota organisasi pasti akan meningkat. 

Dewasa ini di Negara-negara maju ilmu human relation semakin mendapat perhatian yang besar dari para manajer di dalam organisasi apapun. Hal ini dirasa penting sehubungan dengan adanya korelasi antara pemecahan masalah yang menyangkut factor manusia didalam manajemen. Contoh adanya
benturan psikologis dan konflik antara kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi pada berbagai level.
Dalam bermasyarakat pun ilmu human relation sangant dibutuhkan oleh setiap orang. Karena dengan mempelajari dan memahami ilmutersebut, akan membantu individu dalam berkomunikasi dan memahami orang-orang yang ada di sekitarnya pada akhirnya dapat menghindari ataau setidaknya mengurangi adanya salah komunikasi (miscommunication) dan salah interpretasi (misinterpretation). Selain itu, dengan   memahami ilmu human relation akan membawa kesuksesan dan kebahagiaan bagi setiap orang, karena seseorang akan lebih disenangi, disegani, dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya, dimanapun ia berada.


B.     PENGERTIAN HUMAN RELATIONS

Tidaklah mudah menterjemahkan arti kata “human relations” ke dalam bahasa Indonesia. Secara harfiah terjemahannya adalah hubungan antar manusia, ini tidaklah salah tetapi terjemahan ini tidak mengandung makna human relations yang sebenarnya, sebab titik berat human relations adalah : “human-nya” atau manusianya. Factor manusia dalam relations ini bukan dalam wujudnya, melainkan sifat-sifat, watak, tingkah laku, atau aspek psikis lainnya pada diri manusia.
Dalam suatu manajemen atau suatu lingkungan kerja, human relations diperlukan, mulai dari tingkat top management sampai pada tenaga pelaksana, terlepas dari kedudukan dan jabatan mereka. Mengapa? Karena bertujuanuntuk mempererat rasa persaudaraan dan mendapatkan suatu kepuasan dari apa yang telah mereka kerjakan. Selain itu, human relations diperlukan dalam dunia bisnis dan industri, karena mempelajari bagaimana orang dapat berkerja dengan efektif dalam kelompoknya, sehingga menimbulkan suatu keputusan, dalam pencapaian tujuan organisasi maupun pencapaian tujuan personal. Hal merupakan kunci dari keseluruhan bisnis, yaitu kepuasan bagi organisasi, kelompok, perusahaan, dan perorangan.
Jika setiap orang ingin berkerja secara humoris dengan segala perbedaan pandangan, motivasi, dan pencapaian tujuan, maka setiap orang yang ada dalam kelompok kerja/dunia usaha hendaklah memahami human relations. Sehingga pekerjaan yang dilakukan bermanfaat dan dapat berproduksi dengan baik, yang pada akhirnya diharaokan mencapai kepuasan dari hasil kerja untuk individu itu sendiri maupun untuk organisasinya.

Human relations pengertiannya dibagi dua yaitu secara luas dan sempit. Human relations dalam arti luas adalah interaksi antar manusia dalam semua situasi atau semua bidang kehidupan, untuk mencapai kepuasan. Dengan demikian human relations dalam arti luas dapat terjadi dimana saja, seperti dirumah, di jalanan, dalam kendaraan, dan lain-lain dimana setiap dapat melakukkannya dengan komunikasi yang baik, sehingga saling memuaskan indiidu yang terlibat di dalammnya
.
Human relations dalam arti sempit adalah interaksi dalam situasi kerja di suatu      organisasi, yang bertujuan untuk membangkitkan seseorang agar dapat bekerjasama, produktif, dan memiliki keputusan.
Dengan adanya human relations diharapkan, dalam suatu manajamen dapat saling membantu sehingga gairah kerja dapat mengarah pada keadaan yang lebih produktif. Dalam pergaulan sehari-hari, KC Ingram mengatakan bahwa sukses dan kebahagiaan kita tergantung dari sikap dan tindakan-tindakan orang lain. Sikap orang lain ini bergantung dari sikap dan kelakuan kita. Di sini Ingram menekankan bahwa sukses seseorang di dalam masyarakat bergantung pada sikapnya sendiri.
Max Schoen mengemukakan bahwa manusia kehilangan pekerjaannya, lebih banyak disebabkan oleh sifat-sifat yang dianggap “aneh”, daripada karena kekurangannya dalam bidang teknik atau karena tidak begitu terampil.
Pendapat dari Max Schoen didukung oleh Ingram, bahwa kita perlu menentukan sikap dan pergaulan dengan bersikap ramah, kata-kata yang menyenangkan dan menghargai orang lain, sebelum orang lain melakukan sesuatu untuk diri kita.

C. HUMAN RELATIONS(dalam arti luas)
Human relations dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang akan dilakuakan oleh seorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua pihak. Jadi human relations dalam arti luas dilakukan di mana saja: di rumah, di jalan, di pasar, di toko dan sebagainya.
Contohnya; human relations yang terjadi pada suami dengan istrinya. Suami melakukannya dalam situasi tatap muka, secara psikologis dan manusiawi, sehingga timbul kebahagian dan kepuasan hati pada kedua belah pihak.
Jadi contoh human relations dalam situasi rumah tangga out berhasil, kalau sikap (anttitude), pernyataan (opinion) dan tingkah laku (behavior) sang istri tadi sama, yakni puas hatinya lahir batin.
Bagi seorang pemimpin (apapun jabatannya), human relations dalam segala situasi ini penting dilaksanakan, karena dalam segala situasi ini penting dilaksanakan, karena akan mencerminkan pribadinya dan citra organsasi yang dipimpinnya. Suksesnya seseorang dalam melaksanakan human relations, karena ia berkomunikasi secara etis: ramah, sopan, menghargai dan menghormati orang lain.
D. HUMAN RELATIONS (dalam arti sempit)
Human relations dalam arti seepit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work situations) dam dalam organisasi kekaryaan (work organitatios) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati.
Human relations dalam organisasi kekaryaan inilah yang baik banyak diteliti dan dipraktekkan di negara-negara yang sudah maju, terutama dalam bidang ekonomi sektoer industri. Sebabny aialah karena ternyata perkembangan masyarakat sebagai akibat kemajuan teknologi telah menimbulkan barbagai pengaruh kepada individu-individu yang merupakan tenaga kerja (manpower), ayang sering menghambat lancarnya pekerjaan.
Human relations dapat diusahakan untuk menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi, mencegah salah pengertian, dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabeat manusia (Norman R.F. Milaer, 1963: hal vii).
Jadi human relations dalam organisasi kekayaan adalah komunikasi persuasif antara orang-orang yang berada dapam struktur formal untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya antara seorang menejer/pimpinan dengan bawahannya terdapat struktur formal antara yang memimpin dan yang dipimpin. Karena itu sering human relations dalam organisasi kekaryaan ini sering dinamakan “organization human relations”. Dalam artian human relations bukan suatu keadaan yang psif, melainkan suatu aktivitas.
Oleh sebab itu human relations adalah seni dan ilmu pengetahuan terapan (applied art and science). Dan dipandang dari sudut seorang pimpinan yang bertanggung jawab untuk memimpin sebuah kelompok, human relations adalah pengintegrasian orang-orang ke dalam suatu situasi kerja yang mengggiatkan mereka untuk bekerja bersama-sama serta dengan rasa puas, baik kepuasaan ekonomis, psikologis maupun ke.puasan sosial. Singkatannya, human relations adalah pengembangan usaha kelompok karyawan secara produktif dan memuaskan
E. RUANG LINGKUP HUMAN RELATIONS
Masalah human relations adalah masalah rohaniah, yaitu proses yang menyangkut watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap dan tingkah laku menuju suatu kepuasan hati. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini berlangsaung pada dua atau tiga orang yang terlibat dengan hubungan komunikatif, yaitu komunikasi antar persona yang karena sifatnya dialogis, maka masing-masing tahu, sadar dan merasakan efeknya. Jika kesemuanya merasa bahagia, maka orang yang melakukkan kegiatan human relations itu berhasil. Apabila tidak menimbulkan rasa puas, human relations itu gagal. Human relations sebagai suatu aktivitas itu tidak mudah dilaksanakan, adalah benar.Jika seseorang ingin sukses dalam kehidupannya, human relations adalah salah satu cara untuk dapat dipergunakan; lebih-lebih bagi seorang pimpinan, baik dalam organisasi ataupun dalam bidang apapun. Dalam hubungan ini ia harus memehami ilmu komuniaksi dan ilmu jiwa, meskipun hanya sedikit. Akan lebih baik jika mempelajari secara mendalam.
F. KUNCI AKTIVITAS HUMAN RELATIONS
Kunci aktivitas human relations adalah motivasi (motivation) memotivasikan para karyawan untuk bekerja giat berdasarkan kebutuhan mereka secara memuaskan, yakni kebutuhan akan upah yang cukup bagi keperluan hidup keluarganya sehari-hari, kebahagian keluarganya, kemajuan dirinya sendiri dan lain sebagainya.
Bahwa untuk memuaskan hati seluruh karyawan seorang demi seorang tidak mudah, ini memang tak dapat disangkal; kebagian seorang karyawan yang mendapat kenaikan gaji mungkin menyebabkan beberapa teman sejawatnya tidak merasa senang. Akan tetapi lingkungan dan suasana yang bisa membantu seluruh karyawan memperoleh kebahagiaan, akan dapat diciptakan dan diadakan. Dalam hal ini seorang pimpinan kelompok harus berpikir secara situasional dalam rangka mencapai tujuannya.Metode-metode yang dibakukan merupakan cara terbaik dalam melaksanakan tugas, para pekerja dilatih agar mengikuti metode tersebut, kemudian  Para bawahan tidak diberi kesempatan untuk diawasi secara ketat.  mengembangkan kreativitas dan kemandiriannya, dan hanya dilatih untuk  Manusia-manusia menjadi loyal saja . Model Human Relations . Menerima prinsip dasar mengenai spesialisasi2dianggap makhluk sosial.   Mengkritik tajam tugas, ketertiban, stabilitas dan pengendalian   Manajemen harus perlakuan terhadap pekerja semata-mata sebagai mesin.  membantu orang untuk memenuhi hasrat alamiahnya untuk memiliki, merasa  Asumsi: orang ingin diperlakukan sebagai bagian penting organisasi. sebagai manusia, pengakuan atas hasrat dan kebutuhan pribadinya. CARA:   Melibatkan mereka dalam dalam keputusan (kondisi Mendengar keluhannya   Namun, tekanan pada unsur manusia kerja) sehingga moral meningkat  lebih dikaitkan pada peningkatan produktivitas, efisiensi dan  Jadi sekedar alat (kedok semata untuk meningkatkan efektivitas.   Orang-orang produktivitas kerja mereka. . Model Manajemen SDM Asumsi:   Orang-orang mempunyai keinginan untuk diterima, status dan pengakuan.   SDM menginginkan kesempatan untuk mengembangkan seluruh kemampuannya  dianggap mempunyai potensi untuk berkembang dan dikembangkan Peranan  sebagai Controller manager pada Model Tradisional:   Asumsi: Tujuan organisasi bersifat (pengawas/pengendali/pengatur)  diketahui dan stabil, sehingga tugas-tugas dapat disusun secara  Jika manager memerinci tugas dan prosedur secara jelas, rasional,  menyeleksi dan melatih secara tepat, mengupah secara adil, maka pegawai  manajer berhak melakukan koreksi jika terjadi2akan setia dan taat.  penyimpangan dari tujuan organisasi. Peranan Manager pada Model Human  Sebagai Controller dan mengakui kebutuhan ego serta kebutuhan Relation   Ia diharapkan mengambil langkah-langkah untuk menjamin sosial manusia   menekankan perilaku-perilaku kerjasama dan ketaatan para anggota.  seperti pemberian pujian terhadap kinerja pegawai dan membicarakan hal-hal sehari-hari dengan para anggota karena dipandang sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan menjamin adanya kerjasama. Peranan  developer (pengembang) dan fasilitator Manager pada Model MSDM   Manager bekerjasama dengan atasan, rekan kerja yang performansi  setingkat dan bawahan-bawahannya di dalam perumusan tujuan-tujuan dan  Bersamaan dengan itu, prosedur-prosedur dari unit kerja masing-masing  kemampuan-kemampuan dari para anggota diasumsikan akan berkembang  Terdapat perbedaan yang tegas Rancangan Pekerjaan: Model Tradisional   Manager dan stafqantara pekerjaan-pekerjaan thinking dan doing.  pembantunya bertanggung jawab menentukan kewajiban-kewajiban pekerja, prosedur dan metode untuk melaksanakan pekerjaan, memerinci mekanisme kerja, menentukan langkah-langkah yang harus diambil dan aturan-aturan  Hal-hal yang tidak termasuk dalam uraianqyang harus ditaati/diikuti.  tugasnya harus diserahkan pada pimpinannya. Rancangan Pekerjaan pada  Model tradisional masih tetap dipertahankan, tetapi Human Relation   Masih ada pemisahan yang mulai memberi perhatian pada human needs.  tegas antara pekerjaan-pekerjaan yang bersifat thinking dan  Manager mulai menaruh pekerjaan-pekerjaan yang bersifat doing.  perhatian pada human needs dari para anggota unit kerjanya  anggota mulai diberi kesempatan ikut terlibat dalam urusan-urusan unit  Atasan mulai mengembangkan kelompok kerja yang kompak danqkerjanya  suportif untuk mengurangi friksi-friksi kepribadian yang dapat  Manager mulai memperhatikanqmengganggu performansi unit kerja.  aktivitas-aktivitas untuk mengurangi kebosanan para angg. Rancangan Pekerjaan pada MSDM  diharapkan dapat mencapai tingkat performansi organisasi yang lebih tinggi dengan cara memanfaatkan seoptimal mungkin segenap kreativitas,  Asumsi: kemampuannya menjadi lebih self directing dan self control.  melalui pemanfaatan kemampuan self directing dan self controling , pelibatan anggota dalam pekerjaan-pekerjaan thinking diharapkan para  Melalui pelibatan para anggota secaraqanggota memperoleh kepuasan.  aktif dalam penetapan tujuan dan rencana-rencana kerja, diharapkan tumbuh perasaan ikut memiliki, dan tumbuh sikap konsisten dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan. Nilai-nilai yang Bersaing dalam v Nilai Keadilan Sosial (kesamarataan Sosial) MSDM Sektor Publik:   Nilai Nilai Effisiensi Administratif Nilai Political Responsiveness   Pekerjaan-pekerjaan pada Hak-hak individu 1. Nilai Keadilan Sosial  organisasi publik merupakan sumber penghasilan. Karena itu pemerintah  Nilai keadilan sosial hanya bisa kita peroleh melalui harus adil.  fungsi procurement (fungsi pengadaan). Seringkali karena kita akan menggunakan nilai keadilan sosial, kita terpaksa menerima orang-orang  Dalam menjalankan fungsi procurement kita harus yang under qualities.  representativess. Kegiatan-kegiatan yang bisa kita lakukan adalah  Salah satu kebijakan yang seleksi, promosi representativeness.  diarahkan untuk mendukung Nilai keadilan Sosial adalah Affirmative Action, suatu aturan pemerintah yang melarang eksklusivisme.  Pemerintah diharapkan lebih responsif Political Responsiveness  qterhadap masyarakat dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat.  Disebut political karena berhubungan dengan berbagai interest (kepentingan masyarakat). Ini dihubungkan dengan alokasi (pembagian jabatan). Nilai Efisiensi Administratif Nilai efisiensi administratif  apakah input adalah perbandingan terbaik antara input dan output.   Input input diperkecil, out put lebih besar diperkecil, output sama   input diperbesar output besar Hal iniqsama output lebih besar  dibicarakan dalam konteks pengembangan Human Resources karena semua training diarahkan agar organisasi itu tidak rugi.  Nilai Hak Asasi Individu Yaitu hak-hak sebagai seorang pegawai dalam suatu organisasi.  apakah apakah pegawai mendapatkan perlakukan yang adil/tidak, Misal:   apakah mereka bekerja pada mereka mendapat uang makan atau tidak,   apakah beban yang apakah kotor/bersih,  ruang yang terang/gelap,  diberikan terlalu banyak/sedikit dibandingkan individu lainnya.

Ada beberapa pakar yang berpendapat mengenai definisi tentang organisasi, yaitu :
James D. Mooney mengatakan, “organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama”
Hicks (1972) berpendapat bahwa, “…sebuah organisasi merupakan sebuah proses terstruktur di mana orang-orang berinteraksi untuk mencapai sasaran-sasaran”.
Stones, Wankel (1978) mengemukakan, “…istilah organisasi mempunyai dua macam arti umum. Pertama, berkaitan dengan sebuah lembaga atau kelompok fungsional. Kedua, ia berhubungan dengan proses pengorganisasian, yakni cara pekerjaan diatur dan dialokasi antara anggota-anggota organisasi yang bersangkutan sehingga tujuan organisasi tersebut dapat dicapai secara efisien
Ernest Dale, “Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok
Dalam teori human relations, organisasi lebih menekankan pentingnnya aspek psikologis dan sosial karyawan sebagai individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Teori ini muncul karena ketidak puasan bahwa yang dikemukakan pendekatan klasik tidak sepenuhnnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja dalam organisasi. Para manajer masih menghadapi kesulitan-kesulitan karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang sesuai dengan kriteria perusahaan yang telah ditentukan. Para manajer dirangsang untuk bersikap lebih kooperatif dengan karyawan, memperbaiki lingkungan sosial ditempat bekerja, dan memperkuat citra diri para pekerja secara individual.
Dengan ketidak puasan teori klasik tentang organisasi, beberapa ahli mencoba melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi, diantaranya :
Hugo Munsterberg (1963-1916). Seorang ahli psikolog dan filsafat jerman, mengemukakan bahwa untuk mencapai peningkatan produktifitas dapat dilakukan dengan melalui tiga cara :
1.    Penemuan best possible pers         
            2.    Penciptaan best possible work
3.    Penggunaan best possible effect
Ketiga cara ini digunakan untuk memotivasi karyawan agar dapat bekerja secara optimal, sehingga tingkat produktifitas akan meningkat.
Elton Mayo (1880-1949). Menarik kesimpulan bahwa, untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik, manajer harus mengerti mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan faktor-faktor sosial dan psikologi apa yang memotivasi mereka.
Marry Parker Follett (1868-1933). Beranggapan bahwa para manajer bertanggung jawab dalam memotivasi para pekerja mereka untuk mengupayakan tujuan-tujuan keorganisasian secara antusias dan bukan sekedar untuk memenuhi perintah.
Kurt Lewin (1890-1947). Mempelajari dampak berbagai macam tipe kepemimpinan, yang mana para manajer harus mampu bekerja dengan dan memimpin kelompok-kelompok kerja.
Chester I. Barnard (1886-1961). Menganjurkan pelatihan karyawan, proses-proses kelompok, dan hubungan manajemen yang memajukan kerjasama antara para karyawan dengan para supervisor mereka.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam peningkatan produktifitas, maka seorang manajer perlu untuk memahami aspek-aspek sosial dan psikologi yang mendorong para karyawan dapat melakukan kerjasama yang optimal dalam meningkatkan produktifitas, sehingga tujuan yang telah ditentukan akan tercapai.
Dalam Teori human relations telah mengemukakan perlunya hal-hal sebagai berikut :
a.    Partisipasi, yaitu melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan.
b.    Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi.
c.    Manajemen bottom-up yang akan memberikan kesempatan kepada para yunior untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.













                                                             







BAB III
KESIMPULAN


E. KESIMPULAN
Human relations adalah masalah rohaniah, yaitu proses yang menyangkut watak, sikap, perangai, kepribadian sikap dan tingkah laku menuju suatu kebahagiaan atau kepuasan hati. Dalam artian luas adalah komunikasi persuasuf yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, segingga menimbulkan kebahagian dan kepuasan hati.
Sedangkan human relations dalam sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan secara tatap muka dalam situasi kerja (work situations) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerjasama yang produktif dengan perasaan bahagia dan kepuasan hati untuk mencapai suatu tujuan
            F.SARAN
“Semoga makalah ini menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua untuk memahami teori organisasi human relations, untuk meningkatkan pemahaman kita dalam berorganisasi untuk mencapai suatu tujuan”
“Sebagai seorang mahasiswa jangan batasi diri kita untuk menuntut lmu karna ilmu sangat luas dan jadikan  makalah ini sebagai konsep pembelajaran untuk kita semua”   
           










DAFTAR PUSTAKA























KATA PENGANTAR
Puji syukur  kita panjatkan kehadirat Allah swt., atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dibuat untuk  di jadikan sebagai bahan pembelajaran . Dalam penulisan makalah ini, Tentunya masih ada kekurangan yang di karenakan kami memiliki keterbatasan pengetahuan, oleh karena itu dalam rangka melengkapi kesempurnaan dari penulisan makalah ini diharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun. 
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan pemikiran dalam penulisan makalah ini dan selalu memberikan motifasi yang tak bosan-bosannya.
Akhirnya kepada Allah swt., penulis memohon kiranya segala bantuan, baik moril maupun materil yang diberikan kepada penulis dapat memperoleh imbalan pahala dan ridha-Nya




                                                                                            Sengkang,   April 2014
 Penulis,

                                                                                                        DEDI USMAN dkk…

Judul
        Makalah
 TEORI ORGANISASI HUMAN RELATION
                         

DISUSUN OLEH :
DEDI USMAN
BUSTAM
EDI SAPUTRA
BESSE ANTI
DEWI TRIANA
BESSE MENDENG
KELAS. IVB
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
(STIA)
PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG
2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB   I   PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................  1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
BAB  II  PEMBAHASAN
A.Teori Human Relation...................................................................     1
B. Pengertian Human Relation........................................................     2
C. Human Relation(dalam arti luas)................................................    3
D.Human Relation(dalam arti sempit)………………………………………….     3
E.Ruang lingkup Human Relation………………………………………………..      4
F.kunci aktifitas Human Relation………………………………………………..       4
BAB III KESIMPULAN
A. KESIMPULAN................................................................................. 11
B. SARAN............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................   12